Kamis, 22 Mei 2014

CARA KERJA KOMPOR INDUKSI

Untuk tmen2 sekalian sekarang saya akan membagikan tentang cara kerja kompor listrik induksi.. semoga bermanfaat untuk kawan-kawan sekalian.... (*_*)
  • Kalau kawat konduktor dialiri arus listrik, maka di sekelilingnya akan terbentuk
    garis gaya magnet.
  • Jika kawat konduktor itu dibentuk kumparan dan di dekatnya diletakkan materi
    yang dapat menghantarkan listrik (biasanya logam), maka logam tersebut akan
    menerima pengaruh garis gaya magnet lalu di dalam logam tersebut akan mengalir arus eddy
  • Nah, setiap logam biasanya memiliki hambatan listrik, dan arus yang mengalir dalam logam tersebut akan menghasilkan joule heating sebesar P = I^2 × R,
    dimana P adalah daya, I untuk arus, dan R untuk hambatan, daya inilah yang keluar sebagai panas dan proses yang berlangsung dinamai pemanasan lewat induksi.

Kelebihan Kompor Induksi:
 


1. Bertenaga (Powerful) dan Efisien
Pada kompor IH, energi yang terbuang hampir tidak ada, pengubahan energi listrik ke panas berlangsung dengan efektif. Sehingga dengan daya listrik lebih kecil, kompor IHmampu mendidihkan air lebih cepat dari kompor gas. Tapi, jika dibandingkan dengan sistem pembakaran seperti pada kompor gas yang menyebabkan daerah sekeliling panci juga ikut panas, sistem IH hanya memanaskan daerah sekitar alas. sehingga akan ada beberapa jenis masakan yang kurang cocok jika menggunakan sistem IH ini. kesimpulannya adalah: efektifitas panas yang dihasilkan di sini tidak selalu disertai dengan efektifitas dalam proses memasak.

2. Tidak mengeluarkan api

Berbeda dengan pemanasan yang menggunakan api, sistem IH yang tidak menggunakan api ini menghasilkan kemungkinan terjadi kecelakaan luka bakar yang rendah dan tingkat keamanan yang tinggi. selain itu, proses ini juga tidak memanaskan udara di sekitarnya, sehingga orang yang sedang berada di dekat alat masak IH tidak akan merasa kepanasan.

3. Mudah dalam mengatur temperatur

Melalui pengaturan jumlah arus listrik yang mengalir di kumparan, tingkat kepanasan IH dapat dengan mudah disesuaikan dengan panas yang dibutuhkan.

4. Tingkat keamanan yang tinggi

Hal ini sesuai dengan keuntungan nomer 2 di atas, karena tidak mengeluarkan api resiko luka bakar hampir tak ada. Resiko kebakaran karena jilatan api yang menari-nari karena angin jugabisa dikatakan mendekati nol. Selain itu, dalam keadaan kumparan teraliri arus listrik, permukaan IH tidak akan terasa panas jika disentuh dengan jari yang hanya akan teraliri listrik dalam jumlah kecil (dalam kondisi tidak sedang menggunakan logam seperti cincin, gelang, dkk). Tidak adanya proses pembakaran menyebabkan tidak adanya risiko terjadinya kekurangan oksigen dalam ruangan. Tapi ingat, menyentuh panci, wajan atau alat masak dalam keadaan panas tentu saja bisa menyebabkan luka bakar loh.

5. Ekonomis

Dengan kemampuan tak jauh berbeda dengan kompor gas, kompor IH memerlukan lebih sedikit energi untuk keperluan yang sama sehingga tagihan listrik juga lebih murah. Selain ramah lingkungan, kompor ini juga ramah dompet.

Testimoni :
Saat ini kami baru tes sebatas merebus air dan memasak mie instan. Dengan bantuan pemantauan sebuah meteran listrik bersatuan MegaJoule, ternyata dibutuhkan sekitar 150-200kJ listrik untuk memanaskan air 1 liter hingga mendidih, dan sekitar 400kJ untuk memasak mie instan hingga mekar.
“Api” besar atau kecil ternyata tidak berpengaruh pada total energi yang dibutuhkan (angka pada Joule Meter tetap sama), hanya saja api kecil membutuhkan waktu memasak yang lebih lama.
Bila saat ini harga TDL PLN 2008 untuk tipe R2 adalah Rp 575,- per kWh, atau Rp 160 per MJ, berarti merebus sebungkus mie instan membutuhkan biaya energi listrik sebesar = Rp160/MJ x 0,400MJ = Rp 64,-.
Bandingkan dengan gas Elpiji…
Memasak dengan kompor gas umumnya mempunyai efisiensi sebesar 40%, berarti dibutuhkan pembakaran energi gas sebesar 1MJ untuk memanaskan masakan dengan panas sebesar 400kJ. Harga sebuah tangki Elpiji 15kg kira-kira Rp 77.000,- dengan kandungan energi total 516MJ (kalau isi tangki tidak dikurangi oleh agennya). Jadi harga energi gas Elpiji adalah Rp 77000 / 516MJ = Rp 150 per MJ.
Dan biaya energi memasak mie dengan gas = Rp 150/MJ x 1MJ = Rp 150.
Jadi betul, saya setuju seperti kata mas Adibakri di blog ini, memasak dengan kompor induksi bisa lebih murah biayanya daripada dengan kompor gas.
Bahkan perbandingan biaya energinya 64:150, atau kurang lebih hanya 50% saja!
Kapan kita ramai-ramai konversi dari gas ke listrik?
Minimal untuk jaga-jaga kalau pasokan Elpijinya langka lagi akibat ulah penimbun?
Apalagi sebentar lagi mungkin ada pembangkit listrik tenaga surya di atap rumah kita masing-masing …?
Ayo, jangan mau terus-menerus jadi Burnivora, yang selalu tergantung bahan bakar. Be smarter. Sudah saatnya kita jadi Elektrivora, dan sadar energi.

Kamis, 08 Mei 2014

MOTIFASI HIDUP

sesuatu yang di kerjakan dengan sungguh-sungguh akan mendapatkan hasil yang terbaik pula. dan tak akan menyesal di kemudian hari.

SEJARAH PERKEMBANGAN MESIN KETIK

Untuk teman-teman sekalian saya akan membagikan tentang perkembangan mesin ketik semoga bermanfaat......!!!!!! 

Oala Magz - Pada tahun 1867 Christopther Latham Sholes dari Milwaukee, AS menemukan mesin tik pertama. Penemuannya ini bisa dilihat di Museum of American History.
Setelah itu Sholes terus mengembangkan dan memodifikasi produknya. Butuh bertahun-tahun baginya dan orang lain untuk menemukan pasar. Tidak ada yang tahu siapa yang ingin menggunakan menulis secara mekanik, dan apakah masyarakat dapat diyakinkan bahwa mengetik lebih cepat dari menulis tangan.
Akhirnya pada tahun 1880an industrialisasi membantu menemukan pasar yang dibutuhkan bagi mesin tik. Karyawan-karyawan yang khusus dipekerjakan untuk menulis surat dan menyimpan laporan mulai bergantung pada mesin tik untuk melakukan pekerjaan secara efisien.
Hingga 1930an, mesin tik belum begitu kelihatan menarik dengan cat hitam enamel. Akhirnya mesin ketik dibuat dengan berbagai warna untuk menjangkau lebih banyak konsumen, seperti ibu rumah tangga dan sekretaris.
Berikut beberapa jenis mesin tik yang pernah dibuat.
Royal Portable hadir dengan warna hijau, diproduksi pada 1930 dengan tombol-tombol warna putih.
Royal kemudian memproduksi Signet dari 1932-33 dan mempromosikannya sebagai alternatif lebih murah untuk anak-anak, ibu rumah tangga, dan penulis surat. Mesin tik ini tidak memiliki tombol Shift dan hanya bisa menulis dengan huruf besar dengan font sans-serif miring/italic. Meskipun populer, Signet tidak diproduksi lagi lebih dari setahun karena dealer tidak mendapatkan untung dari penjualannya.
Monarch buatan Remington adalah versi pembaharuan dari mesin tik keluarga Remie Scout. Dengan warna kuning, model yang diperbaharui, pengguna masih harus mendorong sendiri carriage-nya ke kanan dan menggeser kertas untuk menulis di garis baru.
Sekitar 1959, Smith-Corona muncul dengan warna dan desain baru. Sterling, dengan gaya bodi "Super 5"-nya bertahan hanya beberapa tahun setelah peluncurannya, namun menjadi awal bagi Smith-Corona menciptakan mesin tik yang lebih tampak modern.
Pada masanya merek Olympia dan Smith-Corona sering dibandingkan layaknya Coca Cola dengan Pepsi. SM4 dari Olympia adalah mesin tik ukuran medium yang berbeda dari mesin tik lainnya karena tombol-tombol di kedua sisi spasi digunakan untuk membuat tab dan menghapus tab.
Mesin tik yang mirip gadget ala steam-punk ini adalah Hansen Writing Ball. Mesin tik ini digunakan dengan menekan keyboard diatasnya dan kertas direntangkan pada bingkai yang melengkung. Menjadi mesin tik pertama yang diproduksi secara komersil, mesin tik ini diciptakan pada tahun 1865 oleh menteri Denmark dan seorang guru, Rasmus Malling-Hansen.
Valentine yang berwarna merah darah ini didesain lebih untuk estetika ketimbang alasan praktis. Pada tahun 1960an, mesin tik ini ditujukan sebagai pelarian dari rutinitas kantor, tapi gagal memenuhi harapan penjualan karena kualitasnya yang biasa saja. Perancanganya Ettore Sottass, mengatakan bahwa Valentine "diciptakan untuk digunakan dimanapun kecuali kantor, sebagai pengalihan dari jam kerja yang monoton, dan lebih untuk mendukung perusahaan puisi amatir di hari Minggu yang tenang di pedesaan atau menyediakan objek berwarna cerah diatas meja apartemen studio."
Olivetti Studio 45 terjual laris mengalahkan merek Underwood yang memiliki tipe serupa bernama Oliver 450, namun Olivetti mendapatkan dukungan kreatif dari Sottsas, perancang Valentine.